Senin, 05 Desember 2011

Kisah Persahabatan Sejati


Terdapat dua orang sahabat baik bernama John dan Andy.
Mereka dari kecil telah bermain bersama, sekolah bersama,
melakukan kenakalan bersama, pada dasarnya hampir segala sesuatu
mereka lakukan secara bersama.
Pada saat mereka memasuki umur remaja pecahlah perang dunia ke-2.
Pemuda-pemudi yang tangguh diwajibkan untuk ikut wajib militer
membela negaranya, tidak terkecuali John dan Andy.
Mereka mendapat pangkat letnan dua dan ditugaskan
di garis depan medan perang.
Pada suatu pagi berkabut hendak dilakukan serangan mendadak
menuju tempat musuh dipimpin oleh kapten mereka.
Pada saat mereka mengendap-endap menuju tempat musuh
mentari pagi bersinar dengan cerahnya dan menghapus kabut
yang menyelubungi mereka.
Kontan musuh yang melihat mereka
segera menembak dengan membabi- buta.
Maka lari tunggang-langganglah mereka semua termasuk John dan Andy.
Sesampainya mereka semua dimarkas ternyata John tidak ada,
maka dengan segera Andy meminta ijin pada kaptennya untuk kembali
ke wilayah musuh mencari John.
Namun sang kapten menolak sambil berkata,
"Untuk apa kau kembali lagi kesana, mungkin dia sudah mati
dan kaupun bakal tertembak musuh "
Namun Andy tidak menghiraukan perintah tersebut
dan tetap kembali untuk mencari John.
Selang setengah jam kemudian Andy kembali
dengan berlumuran darah sendirian.
Sang kaptenpun marah besar,
"Apa kubilang, John tidak kembali dan kaupun tertembak.
Sungguh sia-sia" kata sang kapten.
"Tidak sia-sia, karena aku mendengar kata-kata terakhirnya,"
kata Andy.
"Omong kosong," kata sang kapten sambil berlalu.
Namun karena rasa ingin tahu sang kapten maka dia kembali lagi
ke tempat Andy dan bertanya,"Memangnya apa yang dia katakan,
sampai kau rela mempertaruhkan nyawamu?".
"Saya tahu kau pasti akan kembali mencariku," itulah kata-kata terakhirnya
dan dia mengatakannya sambil tersenyum dengan puas.
Memang tidak mudah untuk mencari sahabat sejati,
karena kita tidak akan pernah bisa menebak isi hati
dan pikiran orang lain.
Bahkan seorang ibu pun tidak bisa mengetahui apa yang ada
dalam pikiran anaknya walaupun dia yang melahirkan tubuh anaknya.
Sebaliknya teman begitu mudah untuk dicari
namun hal itu tidaklah kekal.
Mereka akan bersama Anda saat ada kepentingan
dan di saat sedang ada kegembiraan,
namun saat giliran duka sedang menaungi Anda
mereka satu demisatu akan meninggalkan Anda.
Disinilah kita bisa mengetahui siapa sahabat sejati Anda.
Namun sahabat janganlah Anda uji,
karena dia telah memberi tempat khusus di hatinya untuk Anda,
saat diuji maka Anda akan kehilangan tempat tersebut.
Biarlah seleksi alam yang menentukan siapa sahabat sejati Anda,
saat Anda sedang jatuh dia akan tetap bersama Anda,
saat dia sedang kesulitan Anda akan menolongnya tanpa pamrih.
Bila Anda telah menemukannya Anda harus menjaga
berlian tersebut baik-baik karena Anda mungkin tidak akan
menemukan berlian yang lain.
Saya sering mendengar dan membaca cerita
bahwa persahabatan putus karena masalah uang dan cinta,
dan saya sering tertawa setelah mendengar / melihatnya
karena menurut saya itu adalah omong kosong.
Seorang sahabat sejati tidak akan menukar hati sahabatnya
dengan uang bahkan untuk wanita/pria sekalipun,
bahkan bila mereka telah berkeluarga tetap akan saling kontak.
Tidak ada teori tetap yang bisa merumuskan seorang sahabat sejati
untuk Anda namun bila saatnya tiba Anda akan mengetahui dengan sendirinya.
Seperti sebuah pepatah cina yang menyebutkan
'bisa bertemu merupakan jodoh'.
Tentunya bukan dalam konteks cowo-cewe,
bisa saja antar cowo maupun antar cewe
dan belum tentu harus kawin dan saling menyukai.
Bisa saja seorang sahabat sejati justru adalah rival Anda,
dia akan banyak bergesekan dengan Anda tapi hal tersebut
justru membuat Anda makin sering bersua dengannya,
berkompetisi sehingga saling memajukan,
dan kembali ke ciri klasik bahwa dialah yang akan menolong Anda
saat sedang jatuh walaupun terkadang rival Anda ini
terlalu angkuh untuk mengakuinya.
Semoga Anda mampu menemukan sahabat sejatimu.
Ingatlah selalu bahwa sahabat sejati layak untuk diperjuangkan...
Read More..........

Jumat, 02 Desember 2011

NASIONALISME


Sampai dgn hari ini, banyak org yang salah mengartikan Nasionalisme.
Kebanyakan berpikir bahwa Nasionalisme adalah “Cinta Indonesia” atau “Semangat kebangsaan”
Banyak yg salah menggunakan kata Nasionalisme dalam obrolan. Contoh:
“Tunjukkan Nasionalisme kamu dgn membeli produk Indonesia”
Atau
“Katanya Nasionalisme, kok pake bahasa inggris?”
Atau
“Bagaimana cara menunjukkan Nasionalisme kita?”
Itu semua adalah contoh penggunaan (yg datang dari pemaknaan) Nasionalisme yang salah.
Dlm bahasa sederhana, Nasionalisme adalah paham yg percaya bahwa perbedaan dlm sebuah negara harus dipersatukan.
Beda kan?
Kebayang kesalahan penggunaan di atas?
Kalau maksudnya adalah cinta Indonesia, kalimatnya sebaiknya ya begini aja:
“Tunjukkan kecintaan kamu kpd Indonesia dgn membeli produk Indonesia”
Atau
“Katanya cinta Indonesia, kok pake bahasa inggris?”
Atau
“Bagaimana cara menunjukkan kecintaan kita kpd Indonesia?”
Dan sebenarnya, kalau cinta Indonesia itu adalah tidak boleh pake bahasa asing dan hanya boleh pakai bahasa Indonesia saja, mnurut saya itu kecintaan yg dangkal.
Kalau cinta Indonesia ditunjukkan dgn beli produk2 Indonesia saja, itu cetek kecintaannya.
Cinta Indonesia ditunjukkan lewat karya. Lewat apa yg kita lakukan UNTUK Indonesia
Bung Karno sering pake bahasa inggris dan belanda dalam pidatonya kepada sesama bangsa Indonesia
Bung Hatta mengidam idamkan sepatu merk asing Balley.
Berani bilang mereka tidak cinta Indonesia?
Kembali kepada penggunaan istilah, selama ini rakyat Indonesia memang sering salah kaprah dlm menggunakan istilah..
Pada era 80an, gue inget banget byk org yg manggil bule (org asing) dgn sebutan Albino. Padahal Albino beda lagi artinya, sebuah kelainan dlm pigmentasi kulit.
Lalu hari ini byk yg salah menggunakan kata Anarki, Anarkis, Anarkisme.
“Demo yg berlangsung anarkis”
Atau “Terjadi anarskisme antara pendukung kedua kubu”
Kesannya Anarki itu artinya “Kekerasan”
Padahal, Anarkisme itu artinya: Paham yg percaya sebuah negara bisa berjalan tanpa Pemerintahan. Krn paham ini meyakini Pemerintah melakukan kezaliman kpd masyarakat.
Beda kan?
Balik ke Nasionalisme: Sebuah paham yg percaya bahwa perbedaan di sebuah negara harus dipersatukan.
Agar negara yg penuh dgn keragaman itu bisa hidup dlm persatuan dan keharmonisan.
Wujudnya bagaimana?
Beda beda
Di Amerika Serikat, negara para imigran dipersatukan lewat salah satunya olahraga.
Saat dunia punya Football, Amerika menciptakan American Football.
Karena “modern football” itu dikenal besar di Inggris.
Football tidak mengakomodir imigran2 lain yg tdk merasa sebudaya dgn football-nya inggris.
Juga Basketball yg merupakan produk asli Amerika.
Lewat olahraga2 ini, semua imigran berpartisipasi lewat “produk bersama” sehingga persatuan itu muncul.
Itu hanya segelintir contoh di Amerika.
Di Indonesia sendiri wujud Nasionalisme-nya seperti apa?
Jawabannya: PANCASILA.
Dasar negara, tempat di mana semua suku, agama, keragaman, berpijak. Dasar yg mempersatukan perbedaan kita.
Pancasila, yang menjadikan Indonesia tidak senasib dgn India yg harus terpecah menjadi Pakistan krn setelah bebas dari Inggris, masy Islam (minoritas di India) takut tidak akan diakomodir kebutuhaannya. Maka peranglah India antara Islam dan Hindu.
Pada momen inilah Gandhi puasa makan sampai kekerasan di India berhenti.
Akhirnya seluruh India berhenti perang saudara, krn ingin Gandhi kembali makan.
Namun hasil akhirnya, India akhirnya pecah. Masy muslimnya kemudian menjadi Pakistan. Migrasi masyarakat Islam dan Hindu ke daerah India dan Pakistan sangat memilukan.
Pancasila jugalah yg membuat Indonesia dikagumi dunia sebagai negara yg demokratis. Rata2 negara Islam (atau neg dgn penduduk Islam yg tinggi) itu dipimpin oleh rezim2 yg lama. Makanya skarang rezim2 itu pada goyang.
Indonesia sejak 98 tidak lagi begitu.
Perkembangan praktek demokrasi dan pertumbuhan ekonomi kita kini luar biasa.
Makanya Amerika senang dgn kita. Hehehe. Di negara yg demokratis, bisnis dan ekonomi bisa berkembang. Soal bisnis, Amerika (mrasa) paling megang.
Makanya mereka punya kbutuhan ekonomi di Indonesia.
Pancasila adalah pemersatu Indonesia
Pancasila adalah alasan kita bisa seperti sekarang.
Krn itu pendidikan akan Pancasila masih sangat relevan.
Nama pelajarannya bisa berganti ganti. Dari PMP ke PPKN ke PKN dan entah kelak apa lagi, tapi Pancasila wajib dikenalkan, diajarkan, dan terpenting, di amalkan.
Pancasila, adalah wujud nasionalisme kita.
Read More..........

Andik: Kaus Beckham Tak akan Dicuci 3 Hari

Pemain lincah timnas Indonesia Selection, Andik Vermansyah mungkin menjadi sosok yang paling bahagia. Ia berhasil mendapatkan kaus David Beckham.
Andik Vermansyah menjadi sosok yang beruntung bisa mendapatkan kaus David Beckham dalam pertandingan persahabatan antar LA Galaxy dan Timnas Indonesia Selection, Rabu (30/11) di Stadion Utama Gelora Bung Karno.

Ketika para pemain Indonesia lain harus gigit jari ketika meminta kaus Beckham, justru Andik yang beruntung. Beckham dengan sukarela memberikan kausnya kepada pemain yang tampil luar biasa dalam pertandingan tersebut.

Andik pun tidak bisa menyembunyikan rasa gembiranya karena mendapat kaos mantan punggawa Manchester United itu.

"Saya senang bisa mendapatkan kaus dia (Beckham). Saya tidak akan mencucinya selama tiga hari," kata Andik tertawa di areamixed zone usai laga.

Pertandingan antara LA Galaxy kontra Timnas Indonesia Selection sendiri berakhir untuk kemenangan David Beckham cs. dengan skor 1-0 berkat gol yang dicetak oleh Robbie Keane.
Read More..........

Pemikiran Politik Islam Jamaluddin Al-Afghani


Jamaludin Al-Afghani dilahirkan tahun 1938. tempat kelahirannya sulit dipastikan. Ia mengaku dilahirkan di As’adabad, Konar, distrik KabulAfghanistan, dari keluarga penganut Mazhab Hanafi. Versi lain mengatakan, ia dilahirkan di As’adabad dekat HamadanPersia (Iran). Hal ini dilakukan dengan maksud menghindari kesewenang-wenangan penguasa Persia pada saat itu.[1]
Afghani dibesarkan dibesarkan di Afgahanistan. Pada usia 18 tahun di Kabul, Afghani tidak hanya menguasai segala cabang ilmu keagamaan, tetapi juga mendalami falsafah, hukum, sejarah, metafisika, kedokteran, sains, astronomi dan astrologi. Kemudian pergi ke India dan tinggal disana selama satu tahun sebelum menunaikan ibadah haji pada tahun 1857. pada waktu itu di India terjadi pengotakan dramatis antara pembaharu Muslim yang pro-Inggris dan Muslim yang anti-Inggris. Afghani bersekutu dengan kelompok Muslim tradisionalis untuk menghadapi kelompok Muslim pro-Inggris. Ia menyadari bahwa kebangkitan dan solidaritas Islam bisa menjadi senjata untuk melawan Pemerintahan Inggris di bumi Muslim. Ia mendorong rakyat India untuk bangkit melawan kekuasaan Inggris. Hasilnya pada tahun 1857 muncul kesadaran baru di kalangan pribumi India untuk melawan penjajah.[2]
Sekembalinya ia di Afghanistan ia memasuki dinas pemerintahan Amir Dost Muhamma Khan. Ketia Amir meninggal dan digantikan oleh Amir Syir Ali, Afghani diangkat menjadi Menteri. Namun ketika Syir Ali dijatuhkan maka dengan dalih akan menunaikan ibadah haji lagi pada tahun 1869, Afghani meninggalkan Afghanistan. Dari snilah awal keterlibatan langsung Afghani dalam gerakan internasional anti kolonialisme/imperialisme Barat dan despotisme Timur.
Pada tahun 1871 Afghani tiba di Istambul. Oleh karena masyarakat Istambul sudah terlebih dahulu mendengar tentang kealiman dan perjuangannya, maka tokoh-tokoh masyarakat di ibukota kerajaan Usthmaniyah itu menyambutkanya dengan gembira. Belum lama tinggal di Istambul ia diangkat menjadi anggota Majelis Pendidikan, dan mulai diundang berceramah diAya Sofia serta Masjid Ahmadiyah. Popularitas Afghani ini mengundang kecemburuan Hasan Fahmi, Syaikh al-Islam, dan mufti itu berhasil memfitnah Afghani dengan materi ceramahnya di muka sejumlah mahasiswa dan cendekiawan di Dar al-Funun. Karena fitnah ini Afghani memutuskan untuk pindah ke Kairo.
Di Kairo ia disambut gembira, baik oleh penguasa maupun oleh ilmuan. Melihat campur tangan Inggris di Mesir, dan tidak inginnya Inggris melihat Islam bersatu dan kuat, Afghani akhirnya kembali lagi ke politik. Sebagai langkah taktis atau intrik politik, Afghani bergabung dengan perkumpulan Free Masonry, suatu organisasi yang disokong oleh kelompok anti zionis. Dari sini, tahun 1897 terbentuk partai politik bernama Hizb al-Wathani (Partai Kebangsaan). Slogan partai ini: “Mesir untuk Bangsa Mesir”. Partai ini antara lain menanamkan kesadaran berbangsa, memperjuangkan pendidikan universal, kemerdekaanpers, memperjuangkan unsur-unsur Mesir masuk dalam angkatan bersenjata.[3]
Dengan berdirinya partai ini Afghani merasa mendapat sokongan untuk berusahan menggulingkan raja Mesir yang berkuasa waktu itu, yakni Khadewi Ismail yang pemboros, untuk digantikan dengan putera mahkota Taufiq. Taufiq berjanji akan mengadakan pembaharuan-pembaharuan sebagaimana yang dituntut Hizb al-Wathani. Tetapi karena kegiatan politik dan agitasinya yang tajam terhadap campur tangan Inggris dalam negeri Mesir, maka Taufiq atas tekanan Inggris justru mengusir Afghani keluar dari Mesir pata tahun 1879.[4]
Dari mesir Afghani dibawa ke India, ditahan di Haiderabad dan Kalkuta, dan baru dibebaskan setelah pemberontakan Urabi Pasha di Mesir tahun 1882 berhasil ditumpas. Pada tahun 1883, Afghani berada di London kemudian pindah ke Paris dan menerbitkan majalah berkala dalam bahasa Arab Al-Urwah al-Wutqa bersama muridnya Muhammad Abduh yang juga diusir dari Mesir karena dituduh terlibat dalam pemberontakan Urabi Pasha yang gagal itu.
Dalam majalah ini, Afghani mengembangkan polemik anti Inggrisnya. Ia mulai mengemukakan argumen yang memperkuat pandangannya bahwa persatuan antar negara Islam dapat membendung serbuan pihak asing. Karena peredarannya dihalangi oleh penguasa kolonial, majalah berkala ini hanya berumur 8 bulan setelah terbit sebanyak 18 nomor. Nomor pertama terbit 13 Maret 1884 dan yang terakhir 17 Oktober tahun yang sama.
Pada tahun 1886, Afghani pergi ke Teheran. Dari sana ia pergi ke Rusia, kemudian ke Eropa. Tahun 1889 kembali ke Teheran. Tetapi kemudian Perdana Menteri Mirza Ali Asghar Khan, yang menganggap kehadiran Afghani sebagai ancaman bagi kedudukannya, berhasil menghasut Syah Nasirudin supaya tidak percaya lagi kepada Afghani. Pada awal tahun 1891, Afghani ditangkap dan dibawa ke Khariqin, suatu kota kecil dekat tapal batas Persia-Turki. Dari sana ia pergi ke London. Kemudian atas undangan Sultan Abdul Hamid ia datang dan menetap di Istambul, Turki. Afghani wafat pada bulan Maret 1879, karena kanker yang berawal dari dagunya.[5]
Pemikiran Afghani: Revivalis dan Modernis
Semua orang sepakat bahwa dialah yang menghembuskan gerakan Islam modern dan mengilhami pembaharuan di kalangan kaum Muslim yang hidup ditengah-tengah kemodernan. Dia pula yang pengaruhnya amat besar terhadap gerakan-gerakan pembebasan dan konstitusional yang dilakukan dinegara-negara Islam setelah zamannya. Ia menggabungkan ilmu-ilmu tradisional Islamnya dengan berbagai ilmu pengetahauan yang diperolehnya dari Eropa dan pengetahuan modern.[6]
Semua usahanya dicurahkan untuk menerbitkan makalah-makalah politik yang membangkitkan semangat, khususnya yang termuat dalam majalah Al-Urwah al-Wutsqa. Ia telah membangkitkan gerakan yang berskala nasional dan gerakan jamaah Islam.
Afghani mengembangkan pemikiran (dan gerakan) salafiyah, yakni aliran keagamaan yang berpendirian bahwa untuk dapat memulihkan kejayaannya, umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang masih murni seperti yang dahulu diamalkan oleh generasi pertama Islam, yang juga biasa disebut salaf (pendahulu) yang saleh. Sebenarnya Afghani bukanlah pemikir Islam yang pertama yang mempelopori aliran salafiyah (revivalis). Ibnu Taymiyah telah mengajarkan teori yang serupa, begitu pula Syeikh Mohammd Abdul Wahab pada abad ke-18. Tetapi salafiyah (baru) dari Afghani terdiri dari tiga komponen utama, yakni; Pertama, keyakinan bahwa kebangunan dan kejayaan kembali Islam hanya mungkin terwujud kalau umat Islam kembali kepada ajaran Islam yang masih murni, dan meneladani pola hidup para sahabat Nabi, khususnya Al-Khulafa al-RasyidinKedua, perlawanan terhadap kolonialisme dan dominasi Barat, baik politik, ekonomi maupun kebudayaan. Ketiga, pengakuan terhadap keunggulan barat dalam bidang ilmu dan teknologi, dan karenanya umat Islam harus belajar dari barat dalam dua bidang tersebut, yang pada hakikatnya hanya mengambil kembali apa yang dahulu disumbangkan oleh dunia Islam kepada Barat, dan kemudian secara selektif dan kritis memanfaatkan ilmu dan teknologi Barat itu untuk kejayaan kembali dunia Islam. Adapun alairan-aliran salafiyah sebelum Afghani hanya terdiri dari unsur pertama saja.[7]
Dalam rangka usaha pemurnian akidah dan ajaran Islam, serta pengembalian keutuhan umat Islam, Afghani menganjurkan pembentukan suatu ikatan politik yang mempersatukan seluruh umat Islam (Jami’ah islamiyah) atau Pan-Islamisme. Menurut Afghani, asosiasi politik itu harus melipluti seluruh umat Islam dari segala penjuru dunia Islam, baik yang hidup dalam negara-negara yang merdeka, termasuk Persia, maupun mereka yang masih merupakan rakyat jajahan. Ikatan tersebut, yang didasarkan atas solidaritas akidah Islam, bertujuan membiana kesetiakawanan danpesatuan umat Islam dalam perjuangan; pertama, menentang tiap sistempemerintahan yang dispotik atau sewenang-wenang, dan menggantikannya dengan sistem pemerintahan yang berdasarkan musyawarah seperti yang diajarkan Islam, hal mana juga berarti menentang sistem pemerintahan Utsmaniyah yang absolut itu. Kedua, menentang kolonialisme dan dominasi Barat.[8]
Menurut Afghani, dalam ikatan itu eksistensi dan kemandirian masing-masing negara anggota tetap diakui dan dihormati, sedangkan kedudukan para kepala negaranya, apa pun gelarnya, tetap sama dan sederajat antara satu dengan yang lain, tanpa ada satu pun dari mereka yang lebih ditinggikan.
Afghani mendiagnose penyebab kemunduran di dunia Islam, adalah tidak adanya keadilan dan syura (dewan) serta tidak setianya pemerintah pada konstitusi dikarenakan pemerintahan yang sewenang-wenang (despotik), inilah alasan mengapa pemikir di negara-negara Islam di timur tidak bisa mencerahkan masyarakat tentang inti sari dan kebaikan dari pemerintahan republik. Pemerintahan republik, merupakan sumber dari kebahagiaan dan kebanggaan. Mereka yang diatur oleh pemerintahan republik sendirilah yang layak untuk disebut manusia; karena suatu manusia yang sesungguhnya hanya diatur oleh hukum yang didasari oleh keadilan dan mengatur gerakan, tindakan, transaksi dan hubungan dengan orang yang lain yang dapat mengangkat masyarakat ke puncak kebahagiaan. Bagi Afghani, pemerintah rakyat adalah “pemerintahan yang terbatas”, pemerintahan yang yang dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, dan karenanya merupakan lawan dari pemerintahan absolut. Merupakan suatu pemerintah yang berkonsultasi dalam mengatur, membebaskan dari beban yang diletakkan pemerintahan despotik dan mengangkat dari keadaan membusuk ke tingkat kesempurnaan.[9]
Reformasi atau pembaharuan dalam bidang politik yang hendak diperjuangkan oleh salafiyah(baru) di negara-negara Islam adalah pelaksanaan ajaran Islam tentang musyawarah melaui dewan-dewan konstitusi dan badan-badan perwakilan (rakyat), pembatasan terhadap kekuasaan dan kewenangan pemerintah dengan konstitusi dan undang-undang, serta pengerahan kekuatan dan potensi rakyat untuk mendukung reformasi politik an sekaligus untuk membebaskan dunia Islam dari penjajahan an dominasi Barat.
Menurut Afghani, cara terbaik dan paling efektif untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut adalah melalui revolusi yang didasarkan atas kekuatan rakyat, kalau perlu dengan pertumpahan darah. Ia mengatakan bahwa kalau memang ada sejumlah hal yang harus direbut dan tidak ditunggu untuk diterima sebagai hadiah atau anugerah, maka kebebasan an kemerdekaan merupakan dua hal tersebut.[10]
Waktu tinggal di Mesir, sejak awal Afghani menganjurkan pembentukan “pemerintaha rakyat” melalui partisipasi rakyat Mesir dalam pemerintahan konstitusional yang sejati. Ia banyak berbicara tentang keharusan pembentukan dewan perwakilan yang disusun sesuai dengan apa yang diinginkan rakyat, dan anggota-anggotanya terdiri ari orang-orang yang betul-betul dipilih oleh rakyat, sebab dia berkeyakinan bahwa suatu dewan perwakilan yang dibentuk atas perintah raja atau kepala negara, atau atas anjuran penguasa asing, maka lembaga tersebut akan lebih merupakan alat politik bagi yang membentuknya. Ketika penguasa Mesir, Khedewi Taufiq bermaksud menarik kembali janjinya untuk membentuk dewan perwakilan rakyat berdasarkan alasan bahwa rakyat masih bodoh dan buta politik, Afghani menulis surat kepada Khedewi yang isinya menyatakan bahwa memang benar di antara rakyat Mesir, seperti halnya rakyat dinegeri-negeri lain, banyak yang masih bodoh, teapi itu tidak berarti bahwa di antara mereka tidak terdapat orang-orang pandai dan berotak.[11]
Tujuan utama gerakan Afghani ialah menyatukan pendapat semua negara-negara Islam dibawah satu kekhalifahan, untuk mendirikan sebuah imperium Islam yang kuat dan mampu berhadapan dengan campur tangan bangsa Eropa. Ia ingin membangunkan kesadaran mereka akan kejayaan Islam pada masa lampau yang menjadi kuat karena bersatu. Menyadarkan bahwa kelemahan umat Islam sekarang ini adalah karena mereka berpecah-belah.[12]
Afghani berusaha menghimpun kembali kekuatan dunia Islam yang tercecer. Ia yakin bahwa kebangkitan Islam merupakan tanggungjawab kaum Muslim, bukan tanggung jawab Sang Pencipta. Masa depan kaum Muslim tidak akan mulia kecuali jika mereka menjadikan diri mereka sendiri sebagai orang besar. Mereka harus bangkit dan menyingkirkan kelalaian. Mereka harus tahu realitas, melepaskan diri dari kepasrahan. Ia menjelaskan kebobrokan umat Islam, dan menerangkan bahwa duni Islam sedang terancam. Ancamannya datang dari Barat yang memiliki kekuatan dinamis. Afghani mengajak umat Islam untuk melakukan perbaikan secara internal, menumbuhkan kekuatan untuk bertahana dan mengaopsi buah peradaban Barat, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengembalikan kejayaan Islam. Barat harus dihadapi karena dialah yang mengancam Islam. Cara menghadapinya adalah dengan menirunya dalam hal-hal yang positif, selain aturan kebebasan dan demokrasinya.[13]
Afghani adalah pembaharu muslim pertama yang menggunakan term Islam dan Barat sebagai dua fenomena yang selalu bertentangan. Sebuah pertentangan yang justru harus dijadikan patokan berpikir kaum muslim, yaiut untuk membebaskan kaum muslim dari ketakutan dan eksploitasi yang dilakukan oleh orang-orang Eropa.[14]
Beberapa buku yang ditulis oleh Afghani antara lain[15]Tatimmat al-bayan (Cairo, 1879). Buku sejarah politik, sosial dan budaya AfghanistanHakikati Madhhabi Naychari wa Bayani Hali Naychariyan. Pertama kali diterbitkan di Haydarabad-Deccan, 1298 H/1881 M, ini adalah karya intelektual Afghani paling utama yang diterbitkan selama hidupnya. Merupakan suatu kritik pedas dan penolakan total terhadap materialisme. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam Arab oleh Muhammad Abduh dengan judul Al-Radd 'ala al-dahriyyin (Bantahan terhadap Materialisme). Al-Ta'Liqat 'ala sharh al-Dawwani li'l-'aqa'id al-'adudiyyah (Cairo, 1968). Berupa catatan Afghani atas komentar Dawwani terhadap buku kalam yang terkenal dari] Adud al-Din al-'Iji yang berjudul al-‘aqa’id al-‘adudiyyah. Berikutnya Risalat al-waridat fi sirr al-tajalliyat (Cairo, 1968). Suatu tulisan yang didiktekan oleh Afghani kepada siswanya Muhammad 'Abduh ketika ia di Mesir. Khatirat Jamal al-Din al-Afghani al-Husayni (Beirut, 1931). Suatu buku hasil kompilasi oleh Muhammad Pasha al-Mahzumi wartawan Libanon. Mahzumi hadir dalam kebanyakan forum pembicaraan Afghani pada bagian akhir dari hidupnya Buku berisi informasi yang penting tentang gagasan dan hidup Afghani.
Selanjutnya, pemikiran Afghani, diteruskan dan dikembangkan oleh murid-muridnya yakni Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Selanjutnya, pemikiran Islam modern yang mereka kembangkan bukan hanya pada tingkat wacana, namun ditransformasikan oleh pengikut-pengikut selanjutnya menjadi gerakan. Dapat dikatakan bahwa gerakan Islam di abad kedua puluh banyak terpengaruh olehnya dan menjadikannya sumber inspirasi.[16] Pengaruh tersebut terlihat dalam tokoh dan gerakan-gerakan Islam modern masa kini seperti Hasan al-Banna dengan Ikhwanul Muslimin, Abul A’la al-Maududi dengan Jama’atul Islam dan termasuk Muh Natsir dengan Masyuminya. Wallahu’alam
DAFTAR PUSTAKA
Abdulbasit Hasan, Jamal Ad-Din Al-Afghani, Cairo, 1982, dalam Dr. Azzam S. Tamimi,Democracy in Islamic Political Thought, (http://www.iol.ie/~afifi/Articles/democracy.htm)
Husayn Ahmad Amin, Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000).
Munawir Sajdzali, Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta: UI Press, 1993).
RA Gunadi & M Shoelhi (Penyunting), Dari Penakluk Jerusalem hingga Angka Nol, (Jakarta: Penerbit Republika, 2002).
Website:
http://www.cis-ca.org/voices/a/afghni.htm

[1] Munawir Sajdzali, Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta: UI Press, 1993). Hal.117
[2] RA Gunadi & M Shoelhi (Penyunting), Dari Penakluk Jerusalem hingga Angka Nol, (Jakarta: Penerbit Republika, 2002). Hal.136
[3] Ibid, hal.137
[4] Ibid, Hal.140
[5] Munawir Sajdzali, op cit. hal.119-120
[6] Husayn Ahmad Amin, Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hal.293
[7] Munawir Sjazali, op cit. hal. 124-125
[8] Ibid. hal.126
[9] Abdulbasit Hasan, Jamal Ad-Din Al-Afghani, Cairo, 1982, pp. 267-8, dalam Dr. Azzam S. Tamimi, Democracy in Islamic Political Thought, (http://www.iol.ie/~afifi/Articles/democracy.htm)
[10] Munawir Sjazali, op cit. hal.129
[11] Ibid. hal 128
[12] Husayn Ahmad Amin, op cit. hal 295
[13] Ibid. hal 294-295
[14] ibid. hal 295
[15] http://www.cis-ca.org/voices/a/afghni.htm
[16] Husayn Ahmad Amin, op cit, hal 294-295
posted by Hermawan @ 12:46 PM
Read More..........
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...