Selasa, 13 September 2011

KUALITAS INSAN CITA HMI


Kualitas insan cita HMI adalah merupakan dunia cita yang terwujud oleh HMI di dalam pribadi seorang manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan serta mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan. Kualitas tersebut sebagaimana dalam pasal tujuan (pasal 5 AD HMI) adalah sebagai berikut : 
1. Kualitas Insan Akademis
Berpendidikan Tinggi, berpengetahuan luas, berfikir rasional, obyektif, dan kritis. Memiliki kemampuan teoritis, mampu memformulasikan apa yang diketahui dan dirahasiakan. Dia selalu berlaku dan menghadapi suasana sekelilingnya dengan kesadaran. Sanggup berdiri sendiri dengan lapangan ilmu pengetahuan sesuai dengan ilmu pilihannya, baik secara teoritis maupun tekhnis dan sanggup bekerja secara ilmiah yaitu secara bertahap, teratur, mengarah pada tujuan sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan.
2. Kualitas Insan Pencipta : Insan Akademis, Pencipta
sanggup melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih dari sekedar yang ada dan bergairah besar untuk menciptakan bentuk-bentuk baru yang lebih baik dan bersikap dengan bertolak dari apa yang ada (yaitu Allah). Berjiwa penuh dengan gagasan-gagasan kemajuan, selalu mencari perbaikan dan pembaharuan.
Bersifat independen dan terbuka, tidak isolatif, insan yang menyadari dengan sikap demikian potensi, kreatifnya dapat berkembang dan menentukan bentuk yang indah-indah. Dengan ditopang kemampuan akademisnya dia mampu melaksanakan kerja kemanusiaan yang disemangati ajaran islam.
3. Kualitas Insan Pengabdi : Insan Akdemis, Pencipta, Pengabdi
Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak atau untuk sesama umat. Sadar membawa tugas insan pengabdi, bukannya hanya membuat dirinya baik tetapi juga membuat kondisi sekelilingnya menjadi baik.
Insan akdemis, pencipta dan mengabdi adalah yang bersungguh-sungguh mewujudkan cita-cita dan ikhlas mengamalkan ilmunya untuk kepentingan sesamanya.
4. Kualitas Insan yang bernafaskan islam : Insan Akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan Islam.
Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman pola fikir dan pola lakunya tanpa memakai merk Islam. Islam akan menajdi pedoman dalam berkarya dan mencipta sejalan dengan nilai-nilai universal Islam. Dengan demikian Islam telah menafasi dan menjiwai karyanya.
Ajaran Islam telah berhasil membentuk “unity personality” dalam dirinya. Nafas Islam telah membentuk pribadinya yang utuh tercegah dari split personality tidak pernah ada dilema pada dirinya sebagai warga negara dan dirinya sebagai muslim. Kualitas insan ini telah mengintegrasikan masalah suksesnya pembangunan nasional bangsa kedalam suksesnya perjuangan umat islam Indonesia dan sebaliknya.
5. Kualitas Insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT .
Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT. Berwatak, sanggup memikul akibat-akibat yang dari perbuatannya sadar bahwa menempuh jalan yang benar diperlukan adanya keberanian moral.
Spontan dalam menghadapi tugas, responsif dalam menghadapi persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis. Rasa tanggung jawab, taqwa kepada Allah SWT, yang menggugah untuk mengambil peran aktif dalam suatu bidang dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT. Korektif terhadap setiap langkah yang berlawanan dengan usaha mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
Percaya pada diri sendiri dan sadar akan kedudukannya sebagai “khallifah fil ard” yang harus melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan.
Pada pokoknya insan cita HMI merupakan “man of futureinsan pelopor yaitu insan yang berfikiran luas dan berpandangan jauh, bersikap terbuka, terampil atau ahli dalam bidangnya, dia sadar apa yang menjadi cita-citanya dan tahu bagaimana mencari ilmu perjuangan untuk secara kooperatif bekerja sesuai dengan yang dicita-citakan. Ideal tipe dari hasil perkaderan HMI adalah “man of inovator” (duta-duta pembantu). Penyuara “idea of progress” insan yang berkeperibadian imbang dan padu, kritis, dinamis, adil dan jujur tidak takabur dan bertaqwa kepada Allah Allah SWT. Mereka itu manusia-manusia uang beriman berilmu dan mampu beramal saleh dalam kualitas yang maksimal (insan kamil)
Dari lima kualitas insan cita tersebut pada dasarnya harus memahami dalam tiga kualitas insan Cita yaitu kualitas insan akademis, kualitas insan pencipta dan kualitas insan pengabdi. Ketiga insan kualitas pengabdi tersebut merupakan insan islam yang terefleksi dalam sikap senantiasa bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang ridhoi Allah SWT.

Read More..........

POLITIK INTELTUAL ATAU INTELEKTUAL POLITIK


Meletakkan independesi sebagai bagian dari dinamika dalam ber-HMI, merupakan sebuah ikhtiar yang secara integral menjadi cita-cita dari himpunan itu sendiri. Seperti yang kita ketahui bersama, HMI telah eksis dalam tiga model kekuasaan politik (orde lama, orde baru dan reformasi). Dimasing-masing fase tentu saja peran HMI memiliki etosnya disegala generasi, sehingga praktek kaderisasi HMI selalu menentukan output kader seperti apa yang akan dilahirkan. Status HMI sebagai organisasi mahasiswa memberi petunjuk dimana HMI melakukan spesifikasi. Dan spesifikasi tugas inilah yang disebut fungsi HMI. Kalau tujuan menujukan dunia cita yang harus diwujudkan maka fungsi sebaliknya menunjukkan gerak atau kegiatan (aktifitas), dalam mewujudkan (final gool). Dalam melaksanakan pesifikasi tugas tersebut, karena HMI sebagai organisasi mahasiswa maka sifat serta watak mahasiswa harus menjiwai dan dijiwai oleh kader HMI. Mahasiswa sebagai kelompok elit dalam masyarakat pada hakikatnya memberi arti bahwa ia memikul tanggung jawab yang benar dalam melaksanakan fungsi generasinya sebagai kaum muda muda terdidik harus sadar akan kebaikan dan kebahagiaan masyarakat hari ini dan ke masa depan. Karena itu dengan sifat dan wataknya yang kritis itu mahasiswa dan masyarakat berperan sebagai "kekuatan moral"atau moral force yang senantiasa melaksanakan fungsi "sosial control". 

Untuk itulah maka kelompok mahasiswa harus merupakan kelompok yang bebas dari kepentingan apapun kecuali kepentingan kebenaran dan obyektifitas demi kebaikan dan kebahagiaan masyarakat hari ini dan ke masa depan. Dalam rangka penghikmatan terhadap spesialisasi kemahasiswaan ini, akan dalam dinamikanya HMI harus menjiwai dan dijiwai oleh sikap independen. Tentu saja penempatan mahasiswa sebagai elit bukanlah pemaknaan keleompok elitis dalam strata sosial, makna elit secara terminologi dalam konteks ini adalah kesanggupan seorang mahasiswa yang memiliki kemampuan intelektual untuk memberikan kontribusi. Maka dari itu perlu pemaknaan yang tidak parsial dalam hal ini, mahasiswa disebut elit karena pada fase tersebut mahasiswa memiliki akses untuk melakukan presere politik terhadap pemerintah, disinilah letak makna dari “elit” itu sendiri. Secara eksistensi HMI merupakan bagian dari mahasiswa, untuk itu semangat perubahan yang memiliki porsi lebih harus dimiliki oleh seorang kader, hal inilah yang membedakan antara kader HMI dengan mahasiswa pada umumnya.Intelektualitas Independensi HMI Watak independen HMI adalah sifat organisasi secara etis, merupakan karakter dan kepribadian kader HMI. Implementasinya harus terwujud di dalam bentuk pola pikir dan pola laku setiap kader HMI baik dalam dinamika dirinya sebagai kader HMI maupun dalam melaksanakan "Hakekat dan Mission" organisasi HMI dalam kiprah hidup berorganisasi bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Watak independen HMI yang tercermin secara etis dalam pola pikir pola sikap dan pola laku setiap kader HMI akan membentuk "Independensi etis HMI", sementara watak independen HMI yang teraktualisasi secara organisatoris di dalam kiprah organisasi HMI akan membentuk "Independensi organisatoris HMI". Independensi etis adalah sifat independensi secara etis yang pada hakekatnya merupakan sifat yang sesuai dengan fitrah kemanusiaan. Fitrah kemanusian tentu saja harus memiliki kecendrungan kepada kebenaran (baca: hubungan transendental dengan sang pencipta), untuk itu kerja kemanusiaan seorang kader harus menemukan eksistensinya dalam rutinitas kesharian. 

Disinilah hubngan relasional antara Iman, ilmu dan amal. Seorang kader yang berilmu tentu saja tidak akan memiliki makna apa-apa tanpa melakukan manifestasi dari ilmunya yaitu pengamalan. Pengamalan tidak akan berjalan pada rel yang lurus jika tidak dibarengi oleh kekuatan iman. Independensi organisatoris adalah watak independensi HMI yang teraktualisasi secara organisasi di dalam kiprah dinamika HMI, baik dalam kehidupan intern organisasi maupun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Independensi organisatoris diartikan bahwa dalam keutuhan kehidupan nasional HMI secara organisatoris senantiasa melakukan partisipasi aktif, kontruktif, korektif, dan konstitusional agar perjuangan bangsa dan segala usaha pembangunan demi mencapai cita-cita semakin hari semakin terwujud. Dalam melakukan partisipasi partisipasi aktif, kontruktif, korektif dan konstitusional tersebut secara organisasi HMI hanya tunduk serta teguh kepada prinsip-prinsip kebenaran dan objektifitas. Partisipasi “Non-Parlementer”HMI tidak kemana-mana tapi ada dimana-mana, ungpakan tersebut secara tidak langsung memberikan konfirmasi kepada kita bahwa secara eksplisit dalam proses kaderisasi, kader HMI dipersiapkan untuk melanjutkan estafeta perjuangan bangsa. Dimana dan dalam posisi apapun kader HMI dituntut untuk memberikan kontribusi. Kontibusi tersebut dimanifestasikan melalui semangat perubahan disegala bidang. Atmosfir organisasi yang mulitdimensi menjadikan HMI sebagai wadah yang memiliki latar belakang dalam berbagai aspek, begitu juga pandangan dan partisipasi politik yang idlakukan oleh HMI. Jika kita menganilisis kecendrungan politik kader HMI saat ini ada dua tipikal kader yang begitu sangat menonjol dalam himpunan. Pertama, tipikal kader yang bersifat strukturalis, hal ini memungkinkan sebab HMI memiliki stuktur kekuasaan dan struktur kepemimpinan yang masing-masing struktur tersebut memiliki mekanisme kontestasi. Model strukturalis ini selalu menempatkan kontribusi dapat dilaksanakan jika struktur dalam pengertian jabatan dapat diraih, jadi kontestasi dalam perebutan kekuasaan menjadi acuan konsentrasi dalam aktifitasnya. Kedua, tipikal kader fungsional. Dalam pemahaman ini stuktur bukanlah acuan dari proses kaderisasi seorang kader. Diposisi apapun dan dalam dinamika seperti apapun semangat fungsional ini menjadi spirit dalam memberikan kontribusi yang lebih nyata. Tentu saja kita tidak sedang ingin melakukan perbandingan, sebab perbandingan selalu saja berbicara antara berat dan ringan. Yang ingin kita lakukan adalah melakukan pemetaan terhadap kecendrungan politik kader HMI. Sebab disadari atau tidak proses kaderisasn apapun bentuknya adalah model dari partisipasi politik HMI yang bersifat ekstraparlementarian. Disinilah letak dari nafas independensi HMI yang melihat sesuatu out of the box. Sehingga analisis yang dikembangkan mampu memberikan solusi terhadapa sekian banyak persoalan keummatan yang terjadi. 
Read More..........
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...