Selasa, 13 September 2011

POLITIK INTELTUAL ATAU INTELEKTUAL POLITIK


Meletakkan independesi sebagai bagian dari dinamika dalam ber-HMI, merupakan sebuah ikhtiar yang secara integral menjadi cita-cita dari himpunan itu sendiri. Seperti yang kita ketahui bersama, HMI telah eksis dalam tiga model kekuasaan politik (orde lama, orde baru dan reformasi). Dimasing-masing fase tentu saja peran HMI memiliki etosnya disegala generasi, sehingga praktek kaderisasi HMI selalu menentukan output kader seperti apa yang akan dilahirkan. Status HMI sebagai organisasi mahasiswa memberi petunjuk dimana HMI melakukan spesifikasi. Dan spesifikasi tugas inilah yang disebut fungsi HMI. Kalau tujuan menujukan dunia cita yang harus diwujudkan maka fungsi sebaliknya menunjukkan gerak atau kegiatan (aktifitas), dalam mewujudkan (final gool). Dalam melaksanakan pesifikasi tugas tersebut, karena HMI sebagai organisasi mahasiswa maka sifat serta watak mahasiswa harus menjiwai dan dijiwai oleh kader HMI. Mahasiswa sebagai kelompok elit dalam masyarakat pada hakikatnya memberi arti bahwa ia memikul tanggung jawab yang benar dalam melaksanakan fungsi generasinya sebagai kaum muda muda terdidik harus sadar akan kebaikan dan kebahagiaan masyarakat hari ini dan ke masa depan. Karena itu dengan sifat dan wataknya yang kritis itu mahasiswa dan masyarakat berperan sebagai "kekuatan moral"atau moral force yang senantiasa melaksanakan fungsi "sosial control". 

Untuk itulah maka kelompok mahasiswa harus merupakan kelompok yang bebas dari kepentingan apapun kecuali kepentingan kebenaran dan obyektifitas demi kebaikan dan kebahagiaan masyarakat hari ini dan ke masa depan. Dalam rangka penghikmatan terhadap spesialisasi kemahasiswaan ini, akan dalam dinamikanya HMI harus menjiwai dan dijiwai oleh sikap independen. Tentu saja penempatan mahasiswa sebagai elit bukanlah pemaknaan keleompok elitis dalam strata sosial, makna elit secara terminologi dalam konteks ini adalah kesanggupan seorang mahasiswa yang memiliki kemampuan intelektual untuk memberikan kontribusi. Maka dari itu perlu pemaknaan yang tidak parsial dalam hal ini, mahasiswa disebut elit karena pada fase tersebut mahasiswa memiliki akses untuk melakukan presere politik terhadap pemerintah, disinilah letak makna dari “elit” itu sendiri. Secara eksistensi HMI merupakan bagian dari mahasiswa, untuk itu semangat perubahan yang memiliki porsi lebih harus dimiliki oleh seorang kader, hal inilah yang membedakan antara kader HMI dengan mahasiswa pada umumnya.Intelektualitas Independensi HMI Watak independen HMI adalah sifat organisasi secara etis, merupakan karakter dan kepribadian kader HMI. Implementasinya harus terwujud di dalam bentuk pola pikir dan pola laku setiap kader HMI baik dalam dinamika dirinya sebagai kader HMI maupun dalam melaksanakan "Hakekat dan Mission" organisasi HMI dalam kiprah hidup berorganisasi bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Watak independen HMI yang tercermin secara etis dalam pola pikir pola sikap dan pola laku setiap kader HMI akan membentuk "Independensi etis HMI", sementara watak independen HMI yang teraktualisasi secara organisatoris di dalam kiprah organisasi HMI akan membentuk "Independensi organisatoris HMI". Independensi etis adalah sifat independensi secara etis yang pada hakekatnya merupakan sifat yang sesuai dengan fitrah kemanusiaan. Fitrah kemanusian tentu saja harus memiliki kecendrungan kepada kebenaran (baca: hubungan transendental dengan sang pencipta), untuk itu kerja kemanusiaan seorang kader harus menemukan eksistensinya dalam rutinitas kesharian. 

Disinilah hubngan relasional antara Iman, ilmu dan amal. Seorang kader yang berilmu tentu saja tidak akan memiliki makna apa-apa tanpa melakukan manifestasi dari ilmunya yaitu pengamalan. Pengamalan tidak akan berjalan pada rel yang lurus jika tidak dibarengi oleh kekuatan iman. Independensi organisatoris adalah watak independensi HMI yang teraktualisasi secara organisasi di dalam kiprah dinamika HMI, baik dalam kehidupan intern organisasi maupun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Independensi organisatoris diartikan bahwa dalam keutuhan kehidupan nasional HMI secara organisatoris senantiasa melakukan partisipasi aktif, kontruktif, korektif, dan konstitusional agar perjuangan bangsa dan segala usaha pembangunan demi mencapai cita-cita semakin hari semakin terwujud. Dalam melakukan partisipasi partisipasi aktif, kontruktif, korektif dan konstitusional tersebut secara organisasi HMI hanya tunduk serta teguh kepada prinsip-prinsip kebenaran dan objektifitas. Partisipasi “Non-Parlementer”HMI tidak kemana-mana tapi ada dimana-mana, ungpakan tersebut secara tidak langsung memberikan konfirmasi kepada kita bahwa secara eksplisit dalam proses kaderisasi, kader HMI dipersiapkan untuk melanjutkan estafeta perjuangan bangsa. Dimana dan dalam posisi apapun kader HMI dituntut untuk memberikan kontribusi. Kontibusi tersebut dimanifestasikan melalui semangat perubahan disegala bidang. Atmosfir organisasi yang mulitdimensi menjadikan HMI sebagai wadah yang memiliki latar belakang dalam berbagai aspek, begitu juga pandangan dan partisipasi politik yang idlakukan oleh HMI. Jika kita menganilisis kecendrungan politik kader HMI saat ini ada dua tipikal kader yang begitu sangat menonjol dalam himpunan. Pertama, tipikal kader yang bersifat strukturalis, hal ini memungkinkan sebab HMI memiliki stuktur kekuasaan dan struktur kepemimpinan yang masing-masing struktur tersebut memiliki mekanisme kontestasi. Model strukturalis ini selalu menempatkan kontribusi dapat dilaksanakan jika struktur dalam pengertian jabatan dapat diraih, jadi kontestasi dalam perebutan kekuasaan menjadi acuan konsentrasi dalam aktifitasnya. Kedua, tipikal kader fungsional. Dalam pemahaman ini stuktur bukanlah acuan dari proses kaderisasi seorang kader. Diposisi apapun dan dalam dinamika seperti apapun semangat fungsional ini menjadi spirit dalam memberikan kontribusi yang lebih nyata. Tentu saja kita tidak sedang ingin melakukan perbandingan, sebab perbandingan selalu saja berbicara antara berat dan ringan. Yang ingin kita lakukan adalah melakukan pemetaan terhadap kecendrungan politik kader HMI. Sebab disadari atau tidak proses kaderisasn apapun bentuknya adalah model dari partisipasi politik HMI yang bersifat ekstraparlementarian. Disinilah letak dari nafas independensi HMI yang melihat sesuatu out of the box. Sehingga analisis yang dikembangkan mampu memberikan solusi terhadapa sekian banyak persoalan keummatan yang terjadi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...