Jumat, 24 Juni 2011

"Menjadi Warga Negara Terbaik : KRITISLAH KEPADA PEMERINTAH"

dikutip dari : nBASIS (Pengembangan Basis Sosial Inisiatif & Swadaya)

Kord Umum nBASIS
KETIKA para tokoh agama Indonesia memberi teguran kepada SBY belum lama ini, tampaknya SBY pun tidak bisa menerima dan malah melakukan sesuatu yang dapat dikategorikan sebagai sikap ketak-sukaan. Lalu berbicaralah orang-orang dekatnya kepada publik yang dapat disebut sebagai bagian dari perlawanan terhadap statemen para tokoh agama itu. Tokoh agama itu menilai ada kebohongan. Sembilan kebohongan lama dan 9 kebohongan baru.
Beberapa hari lalu para tokoh agama berkumpul lagi dan memberi pernyataan kritis. Mereka mengajukan 5 tunutan. Pertama, menempatkan kebijakan atas dasar 4 pilar kebangsaan yakni UUD 1945, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila. Kedua, menghentikan kekerasan yang mengatasnamakan kelompok-kelompok garis keras yang beringas. Ketiga,  mengubah arah perekonomian Indonesia agar rakyat kecil dapat hidup layak. Keempat, memberi prioritas tertinggi pada pemberantasan korupsi dan pembebasan Indonesia dari politik uang. Kelima, menjadi pengawal keadilan untuk seluruh rakyat tanpa diskriminasi dan ketakutan terhadap pengaruh kekuasaan dan bisnis.
Sesungguhnya apa yang disuarakan oleh para tokoh agama ini hanyalah  suatu kepedulian yang dapat disebut sebagai upaya membentengi Indonesia dari kebangkrutan. Apa hak mereka untuk berbicara sepedas itu? Mungkin pertanyaan ini bisa muncul dengan mudah. Tetapi, mereka hanyalah warga negara yang merasa ingin Indonesia lebih baik dan diperhitungkan amat bisa jika saja SBY benar-benar berdiri sebagai pemimpin bangsa ini.
Pada momentum memperingati Hari Kebangkitan Nasional ini semua protes itu menjadi terasa wajib. Warga negara yang apatis tidak dikehendaki. Pemerintah wajib menganggapnya sebagai dorongan untuk berbuat lebih baik. Tidak usah dipandang sebagai usaha sistematis mendiskreditkan atau menggulingkan pemerintahan. Sebab pemerintahan ini tampaknya hanya mungkin dirongrong oleh para pemegang otoritas yang diamanahkan sesuai model rekrutmen buruk yang sudah dijalani.
Jika membiarkan pemerintahan ini “kehilangan kesadaran nurani”, meminjam salah satu head line Media Indonesia Jum’at kemaren, tentu yang lebih rugi adalah rakyat dan para pewaris bangsa yang akan menerima nasib lebih buruk. Kekuasaan bagi setiap orang dan kelompok itu adalah sangat penting, tetapi dia bukan segala-galanya. Jika kekuasaan dianggap menjadi tujuan, pda saat itulah penghalalan segala cara menjadi pilihan dan negara dan bangsa pun akan disandera untuk kepentingan yang bertentangan dengan tujuan nasional.
Anda mengikuti buruknya perlakuan terhadap olah raga di negeri ini? Anda tahu bagaimana persepsi pemerintah terhadap pendidikan? Anda tahu bagaimana para elit di republik ini mulai berpikir hanya menang 2014 tanpa memperhitungkan bahwa kampanye sesungguhnya adalah karya nyata dan mengapa bentuk-bentuk kekacauan struktural ini tak bisa diurai?
Dalam apatisme yang dalam, orang sering kembali ke Ebiet G.Ade: “tanya saja rumput yang bergoyang”. Pemerintah ditantang untuk memberi sesuatu yang terbaik kepada rakyat. Jangan terlalu memikirkan bagaimana memperoleh pujian dengan cara terburuk yang membuat rakyat yang nalar tersenyum sinis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...