Kamis, 21 Juni 2012

Pidato Hatta Rajasa di Acara Ulang Tahun 13 PAN

Saudara-saudaraku para kader Partai Amanat Nasional yang saya cintai. Hari ini 13 tahun yang lalu Partai Amanat Nasional dilahirkan dari rahim reformasi Indonesia. Reformasi yang telah membawa negeri ini menjadi negeri demokrasi terbesar di dunia. Sebuah reformasi yang terbesar dalam sejarah peradaban bangsa-bangsa yang modern.

Saudaraku sekalian, tidak banyak negara yang berhasil melakukan sebuah perubahan besar dan selamat. It's not only survive, but growing.

Kita tumbuh dan kita besar untuk menatap sebuah negeri masa depan yang lebih baik. Kita harus percaya diri dan kita yakin diri dari banyak alasan untuk kita tetap optimistis menatap masa depan bangsa. Karena kita adalah sedikit dari negara-negara unik di dunia ini yang bisa menggandengkan stabilitas pembangunan ekonomi dan demokratisasi yang kompleks dan rumit.

Saudaraku sekalian yang saya cintai, kita menyakini bahwa kita cukup berhasil dalam hal ini. Kita secara sadar menyakini bahwa demokrasi adalah pilihan terbaik dari sekian sistem yang tersedia. Walau terkadang kita tidak sabar dengan sebuah proses pengambilan keputusan yang panjang dan terkadang melelahkan, namun yakinlah demokrasi sebagai sebuah sistem nilai akan dapat mengantarkan rakyat Indonesia ke dalam kesejahteraan.

Kita mengamati ada saja kalangan di antara kita yang tidak sabar, ingin juga menempuh proses demokratisasi jalan pintas, yang saya istilahkan. Ada saja kalangan yang selalu bertindak atas nama rakyat, namun perilaku politiknya jauh dari logika-logika demokrasi. Sesuatu yang tidak boleh kita tempuh di dalam keluarga Partai Amanat Nasional. Sekeras apapun sebuah perbedaan di antara kita, di antara partai politik, di antara sesama warga bangsa dalam melihat sebuah perbedaan, maka haruslah selalu tersedia ruang bagi kita untuk menyelesaikannya secara demokratis.

Demokrasi haruslah kita yakini sebagai sebuah " values" atau nilai. Ia bukan sekadar alat untuk mengantarkan kita kepada sebuah tujuan, tapi ia adalah sebuah tata nilai. Nilai yang di dalamnya ada nilai-nilai kultural bangsa ini yang memperkuat solidaritas demokrasi itu sendiri, dan dari situ kita harus meyakini bahwa demokrasi ini akan mampu mengantarkan kita kepada kesejahteraan.

Kalau kita hanya melihat demokrasi hanya sebagai alat, maka kita terjebak ke dalam sebuah pertanyaan besar: Adakah alat lain yang lebih efektif untuk menggantikan alat ini untuk mencapai sebuah tujuan.

Kalau kita meyakini demokrasi sebagai sebuah nila, maka kita meyakini nilai-nilai demokrasi yang universal dalam kandungan-kandungan lokal kultural yang melekat di dalamnya, maka kita pastilah mengatakan yang salah terkadang cara kita menjalankan demokrasi itu bukan demokrasi itu sendiri.

Saudaraku sekalian, penting bagi saya untuk menyampaikan ini di tengah-tengah hiruk pikuknya politik yang terjadi saat ini. Maka ruang demokrasi untuk mencapai satu tujuan harus selalu tersedia di elemen sekecil apapun kita, di dalam proses kehidupan kita. Maka demokrasi harus menjadi satu cara nilai kita untuk menyelesaikan sebuah permasalan dan mengantarkan kita kepada satu tujuan. Selayaknya demokrasi pula sebagai pondasi dari penataan sistem politik nasional kita.

Kita tidak bisa melakukan sistem atau tata politik secara tambal sulam dan pragmatis. Kita memerlukan satu cetak biru atau desain sistem politik yang berdimensi jangka panjang. Bukan sekdar alat sesaat untuk mencapai suatu tujuan sesaat, yang secara pragmatis bisa kita ubah-ubah berdasarkan kepentingan sesaat kita, untuk mencapai tujuan sesaat pula.

Apabila itu kita hadirkan di dalam kehidupan politik kita, maka akan terjadi yang besar menelan yang kecil atau sebaliknya tirani yang kecil menyandera yang besar. Kita tidak ingin itu terjadi di dalam tata nilai politik bangsa kita ke depan ini. Untuk menuju kepada kematangan sistem kepartaian dan baca pemilu ke depan kita tidak bisa terus melakukan bongkar pasang aturan yang berubah ubah sesuai dengan kepentingan kepentingan sesaat yang saya sampaikan tadi itu.

Sistem ilmu politik harus dirancang jauh ke depan melampaui kepentingan jangka pendek partai apapun itu, siapapun itu. Maka partai politik harus bersama sama mendesain tata nilai paparan politik ke depan yang bisa kita jadikan sebagai sebuah rujukan bangsa ini.

Perangkat peraturan perundangan termasuk undang-undang pemilu yang sedang kita susun harus pula konsisten dengan 4 (empat) pilar kita berbangsa dan ber negara: Pancasila, UUD 45, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia harus tercermin ruh itu di dalam setiap nafas dan batang tubuh dari apa yang akan kita desain tersebut.

Dalam bahasa yang sederhana, rumusan undang-undang politik kita selain berdimensi masa depan, namun juga tetap berlandaskan semangat "Founding Fathers" kita dalam membangun bangsa yang kita cintai ini.

Tentu saja penyederhanaan sistem politik dan sistem kepartaian kita butuhkan, namun dengan tanpa melupakan sama sekali semangat kebhinnekaan, keberagaman, dan jangan sampai pula aturan main malah membunuh keberagaman dan kebhinnekaan itu sendiri, yang merupakan salah satu pilar dan kekuatan bangsa ini.

Saudaraku sekalian, saya bukan ingin berpidato politik, karena pidato politik kita disampaikan nanti pada saat setelah kita merayakan Lebaran. Ini sekadar sebuah renungan, refleksi di bulan suci Ramadan ini. Apa yang saya samapikan tadi tidak akan ada artinya apa-apa tanpa kemampuan kita membumi. Dari apa yang kita desain, kita katakan di dalam resultante yang disebut sebagai perbuatan, langkah-langkah perbuatan kita di dalam pencapaian tujuan-tujuan.

Saudaraku sekalian, sebagai Ketua Umum Partai Amanat Nasional yang notabene juga adalah Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, maka saya ingin menyampaikan bahwa sepantasnyalah kita bersyukur kepada bangsa ini atas kemajuan yang telah kita capai. Kalau kita kembali kepada 13 tahun yang lalu ketika kita melaksanakan reformasi di segala bidang, tidak banyak orang mengatakan bangsa ini akan survive. Bahkan lebih banyak orang mengatakan bahwa bangsa ini akan pecah berkeping-keping, bahkan ada yang mengatakan ini adalah sebuah contoh negara yang gagal.

Data-data mendukung ke arah itu, fakta pun menuju ke arah itu. Di mana ketika itu pendapatan perkapita bangsa ini baru USD500, dan ini semua antitesis kalau kemudian kita survive, karena sebagian orang mengatakan, bahkan Farid Zakaria --seorang kolumnis setenar itu-- mengatakan bahwa tidak mungkin sebuah negara akan survive melaksanakan demokrasi dengan pendapatan perkapita kurang dari 3.000 atau 4.000. Paling tidak Purchasing Power Parity nya.

Ketika itu kita mengalami konflik horisontal, bahkan konflik vertikal. Tetapi saudara-saudara sekalian, bangsa ini tetap tegar, tetap berdiri, tetap melangkah ke depan, tetap bersatu, karena memang negeri ini didirikan atas dasar keinginan kita bersama, bersama-sama untuk maju membangun negeri ini.

Orang lupa akan ada energi sosial bangsa ini yang luar biasa besarnya, yang kemudian inilah membentuk watak kita. Ketika kita dalam keadaan menghadapi tantangan besar, maka kita ingin bersatu. Sayangnya kalau kita mendapat challange atau tantangan sering kali lupa dan kemudian kita sering bekerja sendiri sendiri tanpa ada irama dan koordinasi yang baik.

Saya ingin melihat 13 tahun kemudian hari ini, pendapatan perkapita bangsa ini sudah USD3.500, GDP kita sudah di atas USD800 miliar, negara dengan kekuatan nomor 17 di dunia, masuk negara anggota G20. Ini harus kita syukuri. Walau kemiskinan kita harus kita akui masih tinggi, namun terus menurun seiring dengan lapangan kerja yang terus terbuka.

Namun saya ingin mengajukan pertanyaan kritis kepada seluruh kader Partai Amanat Nasional, angka USD3.500 hari ini kita capai membutuhkan waktu 60 tahun yang terlalu panjang, dan kita tidak ingin untuk melompat mejadi negara maju harus menunggu 60 tahun kedua. Kita ingin percepatan, kita ingin perluasan, kita tidak ingin " business as usual". Kita ingin mengubah mind set, kita ingin menangkal dan mengelola negeri ini lebih baik lebih efisien, lebih berkeadilan, mengurangi korupsi, memberantas korupsi, menantang orang yang mau melemahkan KPK, dan semua hal yang bisa menggerogoti percepatan pembangunan bangsa.

Oleh sebab itu, salah satu yang saya ajukan adalah pentingnya kita menata dan mengelola sumber sumber kekayaan negara yang ada di perut bumi ini secara lebih berkeadilan, dengan melakukan renegosiasi terhadap kontrak-kontrak yang kita rasakan tidak berkeadilan. Sesuai dengan Pasal 33 UUD 45, seluruh kekayaan itu hendaknya sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat Indonesia.

Di sinilah kita beradu argumentasi mendesain dengan tetap menghormati apa yang ada, namun tetap mengatakan bahwa itu untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Indonesia. Di situlah kemudian kita harus melakukan suatu penataan, penataan yang lebih berkeadilan menghadirkan tangan-tangan negara. Saudaraku sekalian yang saya hormati, kita paham globalisasi sebagaimana pahamnya kita tentang sebuah kedaulatan dan kemandirian bangsa ini. Oleh sebab itu globalisasi tidaklah harus diartikan sebagai suatu pemahaman kita akan sebuah pasar bebas sebebas-bebasnya. Kita ingin menghadirkan pasar yang terbuka, pasar yang berkeadilan, pasar sosial, tapi kita menolak pasar bebas yang sebebas-bebasnya yang tidak mencerminkan dan menghadirkan sebuah keadilan bangsa.

Oleh sebab itu saudara sekalian, pekerjaan besar ke depan adalah menghadirkan kesamaan di dalam akses sumber daya kekayaan negara bagi semua warga bangsa siapapun dia, di pelosok manapun dia. Menghadirkan kesempatan yang sama serta peluang bagi semuanya.

Saudaraku sekalian..sebagaimana saya katakan tadi, ini bukan pidato politik, melainkan sekadar refleksi atau renungan di bulan suci Ramadan. Untuk itu maka saya menginginkan, mengharapkan, dan memerintahkan kepada kita semua untuk terus bekerja sebaik baiknya, bekerja cerdas. Amati setiap saudara-saudara yang berada di fraksi dalam membahas undang-undang. Jika meleset "titik", "koma, "dan", "atau", maka akan menimbulkan malapetaka bagi bangsa ini.

Saudaraku yang saya cintai, pesan saya di hari ulang tahun ke 13 kita ini, teruslah bekerja keras dan berikanlah yang terbaik yang kita miliki, bagi partai kita tercinta, bagi bangsa dan negara tercinta. Asahlah kepekaan kita, kepekaan untuk selalu peduli terhadap saudara-saudara kita yang masih belum beruntung. Selalu korbankan semangat selalu ingin berbagi, semangat selalu ingin memberi daripada menerima, kobarkan terus semangat rahmatan lil 'alamin, semangat cinta karena "love is pleasure and give", semangat selalu ingin memberi daripada meminta. Konsolidasikan kekuatan kita, dan lebarkan sayap partai hingga ke des--desa dengan menebarkan rahmat bagi sekalian alam.

Saudaraku, tidak ada jalan pintas di dunia ini untuk sebuah keberhasilan. Hanya orang-orang yang bekerja keras dan menanam di hamparan tanah yang luas yang akan memetik hasilnya. PAN adalah matahari, matahari harapan, matahari kehidupan, matahari yang menyinari kegelapan untuk sebuah negeri masa depan.

Dirgahayu Partai Amanat Nasional. Selamat berulang tahun. Semoga Allah SWT meridhoi kita semua, dan semoga di bulan suci Ramadan ini kita selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Teruslah mengobarkan semangat untuk kembali kepada fitrah di 1 Syawal 1433 Hijriah nanti. Terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...